Apakah Anda sedang menjalani romansa yang indah dengan pasangan? Apakah hubungan yang kalian bangun sehat? Jangan sampai terjebak dalam hubungan codependent.
Apa yang dimaksud dengan hubungan codependent? Ini adalah salah satu bentuk hubungan disfungsional di mana salah satu pihak menjadi ‘perawat’ hubungan dan melakukan segala hal untuk menjaga komitmen, sementara pihak lainnya hanya menjadi ‘penerima’ tanpa mengimbangi upaya pasangannya.
Hubungan codependent biasa terjadi di antara pasangan yang salah satunya bermasalah dengan kecanduan. Misalnya kecanduan alkohol dan seks. Pola hubungan seperti ini juga kerap ditemui pada pasien Borderline Personality Disorder.
Apa saja ciri-ciri hubungan codependent? Berikut ini beberapa diantaranya.
1. Salah Satu Pihak Memiliki Kecanduan
Orang yang terjebak codependent relationship biasanya menjalin hubungan cinta dengan orang yang sudah memiliki ‘masalah’, terutama kecanduan terhadap hal tertentu, entah itu kecanduan alkohol, narkoba, seks, judi, berutang, selingkuh, dan jenis kecanduan lainnya yang membahayakan.
2. Salah Satu Pihak Melakukan Segala Hal Demi Pasangan tanpa Diimbangi Perlakuan yang Sama dari Pihak Lainnya
Mungkin Anda sudah pernah mendengar komentar dari orang di sekitar yang menyebut Anda terlalu banyak berkorban, berbuat terlalu banyak untuknya, atau malah dibilang terlalu baik untuknya. Tentunya komentar seperti ini bukan tanpa alasan.
Anda tahu kalau dia perlu bertanggungjawab atas pilihan-pilihan yang dia ambil, belajar memelihara hubungan seperti yang Anda lakukan selama ini, dan terutama belajar mengurus dirinya. Namun Anda membiarkan peran itu jatuh ke diri Anda sepenuhnya. Ini bukan hal yang sehat, lho. Bukan cuma untuk hubungan kalian, namun juga buat kondisi psikis Anda ke depannya.
3. Salah Satu Pihak Dibiarkan Melakukan Apa pun yang Dia Suka
Tanpa sadar, Anda selalu memaafkan dan membiarkan dia melakukan apa pun yang dia suka. Tindakan itu berawal dari pemikiran kalau Anda bisa diandalkan dan mampu menyelesaikan masalah apa pun yang mungkin dia timbulkan.
Anda selalu siap memberikan kesempatan kedua yang berujung menjadi ratusan kesempatan kedua, karena dia tak pernah memanfaatkannya untuk benar-benar berubah.
Anda selalu bergantung pada kalimat, “Semua orang bisa berubah.” Padahal bisa berubah dan benar-benar berubah adalah dua hal yang berbeda.
4. Merasa Bertanggungjawab atas Perbuatan dan Kesalahan Pasangan
Kapan pun dia membuat masalah, kamu selalu menjadi tameng. Sekali lagi, Anda menempatkan diri sebagai sansak untuk konsekuensi dari tindakan-tindakan yang dia ambil tanpa memikirkan orang lain.
Selalu Anda yang harus maju untuk menangggung segalanya, minta maaf. dan memperbaiki kesalahannya. Sementara semura orang berakal sehat tahu,dialah yang seharusnya melakukan hal itu.
Ujung-ujungnya, Anda jadi merasa Andalah yang salah.
“Dia selingkuh karena aku mengecewakannya.”
“Dia marah karena aku tidak mengerti kebutuhan emosinya.”
“Dia jatuh ke lubang yang sama karena upayaku untuk membantunya kurang keras.”
Kurang-kurangin, deh, menyalahkan diri untuk kesalahan yang dibuat orang lain tanpa memikirkan tanggung jawab pribadinya.
5. Salah Satu Pihak ‘Bertugas’ untuk Memastikan Seluruh Kebutuhan Pasangan Terpenuhi
Pasanganmu selalu menjadi prioritas, dan kamu selalu berusaha memenuhi apa yang menjadi keinginannya. Bahkan jika itu harus mengabaikan kebutuhanmu sendiri, yang bisa jadi lebih penting dari kebutuhannya dan menyangkut kepentingan orang lain.
Pokoknya, kalau dia sampai oleng, salah jalan, dan kembali melakukan kesalahan yang sama, itu karena kamu gagal memenuhi kebutuhan emosionalnya. Padahal sebelum menuntut orang lain, seseorang harus belajar untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Apalagi seorang manusia dewasa, masa mau diperlakukan seperti balita?
Setelah membaca uraian di atas, berapa poin yang masuk ke checklist hubungan Anda? Yuk, evaluasi lagi ‘kesehatan’ komitmen asmmara kita dengan pasangan.
Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional atau mengambil langkah drastis jika ternyata Anda memang terjebak dalam hubungan codependent.